Rp50 Miliar, Kerugian Akibat Konflik di Puncak Papua

Selasa, 08 Oktober 2019 - 11:58 WIB
Rp50 Miliar, Kerugian Akibat Konflik di Puncak Papua
Pemkab Puncak Papua terpaksa mengungsikan warga dan para pegawainya ke Timika, pascapenembakan oleh KKSB, Senin lalu (30/9/2019). Foto/Dok iNews
A A A
ILIGA - Bupati Puncak, Provinsi Papua, Willem Wandik menuturkan bahwa dampak kontak senjata antara Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) dan TNI-Polri yang berujung pada pembakaran gedung sekolah dan rumah warga menyebabkan kerugian materi mencapai Rp50 miliar.

Demikian kata Bupati Puncak Willem Wandik saat memantau gedung SD dan belasan rumah warga yang dibakar di Kampung Kimak dan Tagaloa, Kampung Kalebur Distrik ilaga, pada Senin 7 Oktober kemarin.

Gedung SD dan belasan rumah warga dibakar oleh kelompok bersenjata di Kampung Kimak dan Kalebur, dan kampung Tagaloa, saat baku tembak pada 29 september pekan lalu.

Khusus untuk gedung SD inpres Tagaloa, terdiri atas 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, dan 5 unit rumah guru, serta satu ruang kepala sekolah.

Sementara rumah warga mencapai 17 unit yang dibakar sekaligus isinya dijarah karena rata-rata rumah warga ini memiliki kios.

Untuk kejadian di distrik Gome, ada beberapa honai milik warga yang ikut juga terbakar, pada Agustus lalu. Dampak dari operasi penegakan hukum terhadap KKSB di wilayah Gome oleh tim gabungan TNI/Polri.

Bupati sangat menyayangkan aksi KKSB yang membakar gedung sekolah. Sebab baginya swkolah harusnya dijaga, karena lewat sekolah dapat mendidik anak-anak generasi Kabupaten Puncak, masa depan puncak ada melalui sekolah.

"Perjuangan model apa ini, harusnya sekolah dijaga, ini tempat generasi masa depan puncak. Saya berharap ini kejadian pertama dan terakhir di puncak," tegasnya.

Bupati mengatakan SD inpres Tagaloa merupakan SD rujukan terbaik di Puncak, yang merintis lahirnya generasi emas puncak.

Sayangnya sekolah tersebut malah dibakar, sehingga untuk sementara anak-anak sekolah terpaksa dipindahkan ke sekolah di dalam Kota Ilaga.

Kepala SD Inpres Tagaloa, Yance Kogoya mengaku sedih, karena sekolah yang dipimpinnya tak bisa digunakan lagi.

Ia memiliki 300 lebih murid, terhitung dari kelas 1-6, dan sementara ini anak kelas 6 yang berjumlah 21 murid sementara sedang mempersiapkan diri untuk memasuki ujian nasional 2020.

Mereka semua terpaksa tidak sekolah lagi dikarenakan gedung sekolah telah dibakar.

"Mudah-mudahan ada solusi, sementara siswa akan bersekolah gabung di SD lain yang ada di Ilaga," kata Kepala SD Inpres Tagaloa, Yance Kogoya.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8381 seconds (0.1#10.140)