Minyak Curah Kemasan, Dinas Perdagangan Sumsel Tunggu Arahan Kementerian

Kamis, 10 Oktober 2019 - 12:28 WIB
Minyak Curah Kemasan, Dinas Perdagangan Sumsel Tunggu Arahan Kementerian
Minyak Curah Kemasan, Dinas Perdagangan Sumsel Tunggu Arahan Kementerian. Foto/SINDOnews/Dede Feb
A A A
PALEMBANG - Pemerintah berencana akan memberlakukan kebijakan larangan minyak goreng curah beredar di pasaran tahun 2020 mendatang.

Namun, saat ini Dinas Perdagangan Sumsel belum menerima edaran resmi dari pihak kementerian terkait kebijakan tersebut.

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel, Yustianus mengatakan, pihaknya mendukung kebijakan ini terlebih lagi jika minyak curah bisa dialihkan menjadi minyak kemasan.

"Rencana kebijakan tersebut saya rasa mempunyai tujuan yang cukup baik. Apalagi jika packing untuk minyak goreng curah akan mengarah ke minyak kemasan," ujar Yustianus saat diwawancarai SINDOnews di Griya Agung, Kamis (10/10/2019).

Jika minyak curah bisa dikemas dengan baik, kata Yustianus, konsumen bisa melihat label nama perusahaan, kapan diproduksinya dan izin pemasarannya.

Keamanan konsumen pun tentu lebih terjamin, serta Konsumen tak perlu khawatir dengan kualitasnya.

Apalagi, tambahnya, dari sisi harga baik minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan memiliki harga jual yang tidak jauh berbeda.

Jika minyak goreng curah dijual dengan Rp10 ribu perkilo sementara minyak kemasan dipasarkan dengan Harga Eceran tertinggi (HET) Rp10.500 ribu sampai Rp11 ribu perkilo.

"Jadi ini lebih kepada kemasannya. Karena masih ada tenggang waktu, kita harap produsen minyak curah bisa mempersiapkan alternatif kemasan untuk minyak curah yang lebih laik edar," jelasnya.

Dilain pihak, konsumen minyak curah banyak digunakan oleh pedagang makanan terutama warung penjual makanan siap saji.

Seorang pedagang, Wiwik (42) menjelaskan, dirinya mendukung minyak curah diubah menjadi minyak kemasan.

"Mau mau aja, toh kualitasnya juga semakin baik kalau jadi minyak kemasan, tapi harganya jangan di naikin," terang Wiwik.

Namun jika harganya tinggi, kata Wiwik, dirinya merasa rugi karena selama ini minyak curah dinilai murah untuk pedagang makanan sepertinya, yang sangat mengandalkan minyak curah untuk memasak.

"Kalau sama seperti kemasan bisa bangkrut. Bukan untung malah buntung," tegasnya.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2072 seconds (0.1#10.140)