Tak Mundur, Erdogan Ancam Pecahkan Kepala Orang Kurdi

Minggu, 20 Oktober 2019 - 10:32 WIB
Tak Mundur, Erdogan Ancam Pecahkan Kepala Orang Kurdi
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/REUTERS/Umit Bektas
A A A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Sabtu mengancam akan menghancurkan kepala orang Kurdi di Suriah jika mereka tidak menarik pasukannya atau mundur dari zona aman perbatasan.

Ancaman muncul ketika Turki dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi saling tuduh satu sama lain telah melanggar ketentuan gencatan senjata 120 jam yang ditengahi oleh Turki dan Amerika Serikat pada Kamis lalu.

Erdogan, dalam pidatonya di televisi, mengatakan orang-orang Kurdi akan dibantai jika mereka tidak mundur dari zona aman selebar 20 mil di sepanjang perbatasan Turki-Suriah pada Selasa malam.

"Kami akan mulai dari mana kami tinggalkan dan terus menghancurkan kepala para teroris," kata Erdogan mengacu pada milisi Kurdi.

Turki mengklaim bahwa pihaknya memenuhi ketentuan perjanjian gencatan senjata dan menuduh orang Kurdi melanggarnya.

Menurut Kementerian Pertahanan Turki pasukan Kurdi melakukan 14 serangan provokatif di Ras al-Ayn dalam 36 jam.

Dave Eubank dari Free Burma Rangers—sebuah perusahaan militer swasta yang menyediakan bantuan medis darurat—berada di lokasi dekat kota perbatasan Ras al-Ayn di Suriah berusaha membantu Kurdi yang terperangkap dan terluka.

Eubank mengatakan kepada Fox News yang dilansir Minggu (20/10/2019) bahwa pertempuran belum berhenti dan gerakan di daerah itu sangat terbatas, meskipun ada niat gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran guna memungkinkan waktu dan ruang bagi Kurdi Suriah mundur dari daerah itu.

Laporan Fox News yang mengutip seorang sumber militer senior mengatakan ribuan warga sipil Kurdi tinggal di area apa yang disebut sebagai zona penyangga.

"Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung Turki masih menembak sepanjang malam," kata Eubank. "Sejauh ini sejak gencatan senjata, tidak ada serangan udara di sini, kecuali serangan artileri dan darat," ujarnya."

Sementara itu, SDF dalam sebuah pernyataan mengatakan tidak ada kemajuan nyata dalam menyelesaikan masalah di perbatasan timur laut Suriah.

Data dari kelompok pemantau perang Suriah, hingga hari Jumat lalu sudah ada 86 warga sipil yang terbunuh sejak Turki melancarkan serangan militernya ke Suriah pada 9 Oktober.

Erdogan mengklaim operasi militer Turki untuk menetralisir ancaman teror dan membangun zona aman. Setelah melakukan serangan udara, pasukan darat Turki kemudian menginvasi Suriah timur laut.

Hampir semua pasukan Amerika Serikat di Suriah timur laut telah dipindahkan dan akan dipindahtugaskan di kawasan lain dalam beberapa minggu mendatang.

AS telah bekerja sama dengan Kurdi untuk melawan ISIS di wilayah tersebut. Beberapa analis dan politisi mengkritik Presiden Donald Trump karena memindahkan pasukan Amerika, dengan mengatakan itu adalah "lampu hijau" bagi Ankara untuk menyerang Suriah dan memerangi Kurdi.

Trump mengatakan Turki telah berperang selama bertahun-tahun, dan AS tidak perlu melindungi Suriah yang dilanda perang karena letaknya 7.000 mil jauhnya.

Presiden Trump mengklaim ribuan nyawa telah diselamatkan di Suriah dan Turki karena gencatan senjata.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.2998 seconds (0.1#10.140)