Mahasiswa Kedokteran Ini Juara 2 Kompetisi Regional Medical Olympiad 2019

Selasa, 16 Juli 2019 - 16:25 WIB
Mahasiswa Kedokteran Ini Juara 2 Kompetisi Regional Medical Olympiad 2019
Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila, di Ruang CSL Ubaya, Surabaya, Selasa (16/7/2019). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Dua mahasiswa perwakilan Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya), yaitu Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila, berhasil juara kedua dalam kompetisi Regional Medical Olympiad (RMO) 2019.

Berhadapan dengan 11 tim Fakultas Kedokteran dari seluruh Universitas di wilayah Jawa Timur hingga Papua, Ubaya menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berhasil menjuarai kompetisi untuk cabang Neuropsikiatri yang diselenggarakan di Malang bekerjasama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) tersebut.

Neuropsikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran dan klinis yang menggabungkan neurologi (kajian dan pengobatan gangguan sistem saraf) dan psikiatri (kajian dan pengobatan kondisi kejiwaan). Dosen Pembimbing, sekaligus dosen mata kuliah Neurologi Fakultas Kedokteran Ubaya, dr Valentinus Besin mengungkapkan, kompetisi RMO 2019 kali ini mempertandingkan enam cabang diantaranya Neuropsikiatri, Muskuloskeletal, Uro-reproduksi, Digestif, Kardio-Respirasi, dan Penyakit Menular.

"Setiap Universitas hanya diperbolehkan mengirimkan satu tim yang terdiri dari dua mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk satu cabang perlombaan,"katanya saat ditemui di Ruang CSL, Kampus Ubaya Tenggilis, Surabaya, Selasa (16/7).

Valentinus mengatakan, peserta lomba cabang Neuropsikiatri memang sedikit dibandingkan dengan cabang yang lain, karena kompetisi di bidang ini mengharuskan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Inggris. "Sehingga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Pertama mereka berpikir harus menjawab apa, kedua bahasa Inggrisnya apa dengan waktu yang sudah ditentukan,"ujarnya.

Untuk mememangkan kompetisi ini memang tidak mudah. Selama dua bulan sebelum kompetisi, Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila sudah melakukan persiapan. Stephanie mengaku, secara inten mereka melakukan latihan dan bimbingan bersama tim Fakultas Kedokteran Ubaya dan dosen pembimbing, baik secara tatap muka maupun online.

“Persiapan kami lakukan berupa latihan soal pilihan ganda, praktikum hingga simulasi tanya jawab dalam menangani kasus pasien yang memiliki gangguan saraf dan kejiwaan. Kami senang dan tidak menyangka bisa lolos hingga babak final karena target awal kami bisa lolos di semifinal adalah hal luar biasa,” ujar mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2016 ini.

Stephanie bercerita, kompetisi tersebut dilaksanakan selama empat hari. Ia dan Salsabila harus melewati beberapa tahap babak penyisihan dengan beberapa metode ujian hingga lolos meraih juara II. Pada babak penyisihan terdapat metode ujian Multiple Choice Question (MCQ) berbasis Computer Based Test (CBT) dengan total jumlah 120 soal dalam waktu 120 menit.

Kemudian ujian Objective Structured Practical Examination (OSPE) yaitu pertanyaan praktikum terkait biomedik dan pemeriksaan penunjang. Berhasil lolos babak penyisihan, tim Fakultas Kedokteran Ubaya masuk dalam babak semifinal. Mereka harus mengikuti ujian MCQ II dengan total jumlah 100 soal dalam waktu 100 menit. Kemudian Objective Student Case Examination (OSCE) yaitu praktik menjadi dokter untuk menghadapi atau menangani pasien sesuai perintah soal.

"Tahapan ini tergolong ujian yang sulit bagi tim Fakultas Kedokteran Ubaya karena harus mengintegrasikan teori dan praktik, serta harus mengerti bagaimana menangani atau memberikan terapi yang tepat kepada pasien," kata Stephanie.

Tim Fakultas Kedokteran Ubaya berhasil lolos ke babak final. Ujian terakhir yang dihadapi yaitu Student Oral Case Analysis and Public Health (SOCA-PH). Ujian ini menilai kemampuan analisis terhadap kasus terkait sistem saraf dan kondisi kejiwaan. Selanjutnya, tim mengikuti Medical Quiz Game (MQG) yang terdiri dari dua jenis soal yaitu soal wajib serta soal rebutan tanya jawab.

Sebagai pembimbing dan dosen, Valentinus merasa bangga atas raihan mahasiswanya, apalagi tahapan kompetisi tersebut prosesnya cukup panjang. Keberhasilan itu, lanjutnya, membuktikan bahwa Fakultas Kedokteran Ubaya mampu bersaing dengan Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri.

"Saya bangga atas prestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Ubaya bisa meraih juara II. Saya berharap Stephanie dan Almas mau terus belajar dan mengikuti kompetisi Neuropsikiatri di tingkat yang lebih tinggi serta menjadi inspirasi mahasiswa FK Ubaya yang lain,” tandasnya.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.4998 seconds (0.1#10.140)