Kabut Asap Ikut Pengaruhi Sektor Pariwisata di Palembang

Jum'at, 01 November 2019 - 22:06 WIB
Kabut Asap Ikut Pengaruhi Sektor Pariwisata di Palembang
Kabut asap yang melanda Kota Palembang ternyata berdampak ke sejumlah sektor. Sektor pariwisata di Kota Palembang juga mengalami imbas dengan menurunnya omset pengelola wisata dan hunian hotel. Foto ikon Palembang/SINDOnews
A A A
PALEMBANG - Kabut asap yang melanda Kota Palembang ternyata berdampak ke sejumlah sektor. Sektor pariwisata di Kota Palembang juga mengalami imbas dengan menurunnya omset pengelola wisata dan hunian hotel.

Kepala Dinas Kota Palembang, Isnaini Madani, mengatakan dampak akibat kabut asap memang ada, namun tidak terlalu besar atau sekitar 20 - 30 persen.

"Dampaknya pasti ada, tapi faktor harga tiket pesawat masih lebih berpengaruh terhadap menurunnya jumlah kunjungan yang jika dikalkulasikan bisa sampai sekitar 60-70 persen," ujar mantan Kadis Tata Kota Palembang, Jumat (1/11/2019).

Seperti fenomena naiknya tiket pesawat, Pemkot Palembang juga tidak bisa berbuat banyak menghadapi dampak asap karena Kota Palembang hanya menerima kiriman asap dari wilayah terpapar karhutla di OKI.

"Kondisi ini segera berakhir, karena asap mulai hilang. Seperti yang diketahui, BMKG sudah memperkirakan bahwa asap akibat karhutla segera hilang seiring masuknya musim hujan di wilayah Sumatera Selatan pada dasarian kedua November 2019," katanya.

Deti Herlina salah satu pengelola objek wisata taman burung, Bird Park OPI, mengatakan penurunan pengunjung paling banyak dari segmen pelajar karena sekolah-sekolah mengurangi aktivitas di luar ruangan.

"Penurunan paling terasa mulai pertengahan Oktober saat asap mulai masuk Palembang hampir setiap hari terutama pada pagi hari, banyak sekolah yang sudah membukukan pesanan terpaksa membatalkannya dengan alasan kesehatan siswa," kata Deti.

Akibatnya, omset taman burung mengalami penurunan hingga 50 persen selama Oktober 2019, beruntungnya asap tidak berdampak pada burung-burung dan hewan lain yang ada di dalam kawasan tersebut.

"Pada hari biasanya bisa 200 pengunjung, namun sejak ada asap jadi hanya 100 pengunjung, kecuali hari libur nampaknya masih lebih dari 200 pengunjung," pungkasnya.

Diketahui, kabut asap telah menghilang dari Kota Palembang setelah dilanda hujan beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Sumsel bakal kembali dilanda hujan pada 1 November hingga 3 November mendatang.

Hal ini dikarenakan melemahnya Badai Tropis Matmo dan adanya Pusat Tekanan rendah di Samudera Hindia mengakibatkan munculnya Borneo Vorteks (Sirkulasi Kalimantan) yang menyebabkan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa ke wilayah Sumsel. "Potensi hujan ini dengan kriteria sedang hingga deras," kata Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Bandara SMB II, Bambang Beny Setiadji.

Untuk secara lokal, potensi hujan di Sumsel nantinya diakibatkan adanya awan konvektif dan orografis di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan dan berdataran tinggi. Meskipun begitu, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis disertai petir dan angin kencang.

Daerah yang berpotensi dilanda hujan yakni Kabupaten Lahat, Kabupaten PALI, Kabupaten OKU, Kabupaten OKU Selatan, Kabupaten Muara Enim, Kota Prabumulih, Kabupaten Banyuasin, Kota Palembang, Kabupaten OKI, Kabupaten OI dan Kabupaten OKU Timur. Sedangkan, kriteria hujan ringan di wilayah Kabupaten Muba, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Muratara, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagar Alam.

Saat ini, dirinya mengaku untuk kondisi udara sudah mulai membaik. Kondisi intensitas asap jauh berkurang hanya saja masih tetap berpotensi terjadi di Sumsel dikarenakan wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas yang signifikan belum terpapar hujan yang cukup, mengingat luas dan dalamnya lahan gambut yang terbakar. "Kami harap hujan nantinya berlangsung lama sehingga diyakini mampu memadamkan titik-titik panas karhutla," tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.5477 seconds (0.1#10.140)