Menag Fachrul Razi Disarankan Belajar Lagi Soal Agama

Kamis, 07 November 2019 - 14:16 WIB
Menag Fachrul Razi Disarankan Belajar Lagi Soal Agama
Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Ali Taher Parasong meminta Menag Fachrul Razi belajar tentang agama. Foto/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Ali Taher Parasong meminta Menag Fachrul Razi belajar tentang agama agar isu radikalisme tidak lagi dimunculkan.

"Jangan lagi muncul isu-isu radikalisme. Kalau tidak ada radikalisme, tidak pernah ada Namrud berjumpa dengan Ibrahim. Jika tidak ada radikalisme, Musa tidak akan bertemu Firaun. Jika tidak ada radikalisme, maka Muhammad tidak akan bertemu dengan Abu Lahab atau Abu Jahal," ujar Ali Taher dalam rapat kerja dengan Menag Fachrul Razi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Dia menambahkan, kata radikalisme adalah akar dari sebuah persoalan teologis. Legislator asal daerah pemilihan Banten III ini berpendapat, yang keliru adalah menggunakan radikalisme pada konteks politik yang menghancurkan agama.

Ali Taher sepakat jika radikalisme digunakan untuk membangun peradaban dan melakukan perjumpaan peradaban. Dia tidak setuju jika radikalisme digunakan untuk menghantam negara, karena Islam mengajarkan kesatuan bangsa.

"Oleh karena itu, belajar lah tentang apa itu agama, Pak Menteri. Dan apa itu faith dan apa itu religion. Agama Pasal 29 adalah organisasi, mengatur, bukan faith. Faith itu iman, jangan diganggu. Tugas agama dan pendidikan itu religion, kerukunan interagama itu religion, hubungan antarumat agama itu religion, hubungan antara pemerintah dan agama itu religion," tuturnya.

Akan tetapi, kata dia, Menag Fachrul Razi tidak boleh mencampuri iman seseorang. "Oleh karena itu menurut saya, saudara harus banyak belajar tantang apa itu religion dan apa itu faith. Saya belajar sejarah peradaban. Tanpa agama, tidak pernah ada kata atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong keinginan leluhur dalam pembukaan UUD 1945," imbuhnya.

Dia menambahkan, Bung Karno melahirkan kemerdekaan ini dengan kata atas nama bangsa. Artinya menghimpun bangsa atau ada seluruh kekuatan di situ.

"Oleh karena itu belajarlah bijak di dalam perjalanan peraturan Nusantara ini. Saudara, Anda dan Kemenag menjadi wasit. Jangan sampai wasit Anda berjalan di dalamnya, kemudian Anda kehilangan para pemain maka Anda jalan sendirian. Hari-hari bisa ditinggalkan umat," tegasnya.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7687 seconds (0.1#10.140)