Bernard Chene, Pria Prancis Pemberi Nama Jokowi

Minggu, 10 November 2019 - 09:02 WIB
Bernard Chene, Pria Prancis Pemberi Nama Jokowi
Presiden Jokowi bersama Bernard Chene di Paris, Prancis. Foto/Youtube Presiden Joko Widodo
A A A
JAKARTA - Sejak menjadi Wali Kota Solo, Jawa Tengah, Joko Widodo sudah dipanggil dengan nama Jokowi. Tak dipungkiri, nama itu pula yang membuatnya semakin terkenal hingga kariernya menjadi presiden saat ini.

Tapi tahukah siapa yang pertama kali menyebut pria asal Solo itu dengan sebutan Jokowi?

Ternyata nama panggilan itu berasal dari pria bernama Bernard Chene, waga negara Prancis yang menjadi mitra usaha Jokowi saat masih menjadi pengusaha mebel.

Dalam chanel Youtube Jokowi, Bernard menjelaskan alasannya memberika nama panggilan Joko Widodo menjadi Jokowi.

"Alasannya sangat sederhana. Di Prancis, kami terbiasa punya nama panggilan singkat. Nama Joko Widodo terlalu panjang buat saya," katanya dalam bahasa Inggris.

Sebelum memberikan nama panggilan Jokowi, Bernard terlebih dahulu meminta kesediaan Joko Widodo untuk dipanggil dengan nama tersebut.

"Kemudian saya tanya kepada beliau. Kalau tidak keberatan, boleh saya panggil 'Jokowi' saja? Dan begitulah awal ceritanya," ujarnya.

Melalui Bernard, Jokowi merambah ekspor mebel ke Eropa. Mereka berdua kemudian bersahabat. Saat ini Bernard berusia 78 tahun dan masih bermukim di Kota Sucy-en-Brie, di luar Kota Paris.

Dia mengakui sebenarnya saat itu panggilan Jokowi hanya digunakan dirinya untuk memanggil Joko Widodo. Kalau sekarang semuara orang memanggil Jokowi, itu biasa saja.

"Bagus, tidak apa-apa. Saya tidak kenapa-kenapa, senang tidak, sedih juga tidak. Ya mungkin senang sedikit sih karena kan saya yang membuatnya. Bagus!" ungkapnya.

Lalu Bernard mengenang pertemuannya pertama kali dengan Jokowi. Saat itu dirinya berada di Solo sekitar pertengahan 1999. Saat itu saya sedang berbisnis mebel dengan Paman Jokowi.

Suatu ketika, paman Jokowi mengenalkan keponakannya kepada Bernard. Jokowi saat itu dikenal sebagai pria lulusan bidang kehutanan.

"Saat itu saya bertanya apakah Anda bisa memproduksi furnitur?" kata Bernard mengenang pertanyaan kepada Jokowi.

Ketika itu, sambung dia, Jokowi menjawab secara mantap. "Ya, kenapa tidak," katanya menirukan ucapan Jokowi.

Lalu Jokowi menunjukkan sejumlah model produksi mebelnya kepada Bernard. "Dari situ saya langsung merasa bisa mempercayainya," tandasnya.

Sejak itu Bernard akhirnya berbisnis dengan Jokowi. Dia menegaskan tidak pernah kecewa berbisnis dengan Jokowi.

Dia tidak menyangka Jokowi akan masuk ke politik. Bagaimana mungkin orang yang biasa bekerja di hutan, di pabrik dan di kantor akhirya menjadi wali kota lalu gubernur kemudian menjadi presiden.

"Luar biasa, luar biasa," katanya.

Benard lalu mengungkapkan Jokowi mengajaknya untuk bertemu di Paris. Saat itu Bernard sedang berada di Jakarta. Saat itu Jokowi mengatakan kemungkinan akan mengunjungi Paris pada enam bulan mendatang.

"Kata Jokowi, siapa tahu saya akan bertemu dengan kamu. Saya yakin tidak mungkin karena dia sekarang seorang presiden. Tapi kenyataanya, pada suatu minggu saya mendapatkan telepon dari kedutaan besar Indonesia, Tuan Presiden ingin bertemu Anda," tuturnya.

Bernard pun datang ke sebuah hotel tempat Jokowi menginap. Saat itu pihak protokoler menyatakan dirinya hanya memiliki waktu selama 25 menit bertemu Jokowi.

"Tapi pada kenyataanya dia menahan saya hingga satu setengah jam. Saat itu dia mengatakan saat ini saya tidak sedang menjadi presiden, sekarang saya adalah Jokowi bersama kamu Bernard. Kita bisa berbicara tentang keluarga, bisnis, dan hubungan kita," tutur Bernard menirukan ucapan Jokowi.

"Saat itu saya merasa Jokowi saudara saya," lanjut Bernard.

Dia mengatakan tidak ada yang berubah dengan Jokowi meskipun sudah menjadi presiden. "Dia tetap Jokowi yang sama bagi saya," katanya.

Video wawancara dengan Bernard Chene diposting di Chanel Youtube Presiden Joko Widodo pada Jumat 8 November 2019. Hingga berita ini ditulis, video berdurasi 5 menit 41 detik itu sudah disukai 182 ribu orang.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1517 seconds (0.1#10.140)