Trump Akui Serangan COVID-19 Lebih Buruk dari Pearl Harbour

Kamis, 07 Mei 2020 - 14:45 WIB
loading...
Trump Akui Serangan COVID-19 Lebih Buruk dari Pearl Harbour
Presiden AS Donald Trump menyebut serangan COVID-19 lebih buruk dari Pearl Harbour. Foto/Business Insider
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggambarkan pandemi virus Corona sebagai "serangan terburuk" yang pernah terjadi di AS. Ia pun kembali menyalahkan China karena tidak bisa menghentikan penyebaran virus mematikan tersebut.

Trump mengatakan wabah COVID-19 telah menghantam AS lebih keras daripada pemboman Jepang di Pearl Harbor dalam Perang Dunia Kedua atau serangan 11 September pada dua dekade lalu.

"Kami mengalami serangan terburuk yang pernah kami alami di negara kami, ini adalah serangan terburuk yang pernah kami alami," kata Trump kepada wartawan di Kantor Oval Gedung Putih.

"Ini lebih buruk dari Pearl Harbor, ini lebih buruk daripada World Trade Center. Tidak pernah ada serangan seperti ini," imbuhnya.

"Dan itu seharusnya tidak pernah terjadi. Bisa saja dihentikan di sumbernya. Bisa dihentikan di China. Seharusnya dihentikan tepat di sumbernya. Dan ternyata tidak," tuturnya seperti dikutip dari BBC, Kamis (07/05/2020).

Saat ditanya oleh seorang wartawan apakah ia melihat pandemi sebagai perang yang sebenarnya, Trump menyatakan musuh AS adalah wabah penyakit dan bukan China. "Saya melihat musuh (virus korona) sebagai perang," katanya.

"Aku tidak suka bagaimana sampai di sini, karena itu bisa dihentikan, tapi tidak, aku memandang musuh yang tak terlihat seperti perang," jelasnya.

Hubungan Washington dan Beijing semakin memanas setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperbarui retorikanya terhadap China, menuduhnya menutup-nutupi wabah tersebut.

Pompeo melemparkan tuduhan yang sejauh ini tidak berdasar bahwa ada "bukti besar" virus Corona berasal dari laboratorium China, bahkan ketika ia mengakui masih ada ketidakpastian tentang asal-usul virus tersebut.

"Pernyataan itu benar," kata diplomat top Amerika kepada BBC. "Kami tidak memiliki kepastian dan ada bukti signifikan bahwa itu berasal dari laboratorium," imbuhnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6236 seconds (0.1#10.140)