Komisi X DPR Sebut Indonesia Darurat Gedung Sekolah Rusak

Jum'at, 22 November 2019 - 11:15 WIB
Komisi X DPR Sebut Indonesia Darurat Gedung Sekolah Rusak
Kondisi aula SMKN 1 Miri Sragen yang ambruk diterjang hujan angin. Foto/SOLOPEDULI
A A A
JAKARTA - Komisi X DPR RI menilai Indonesia masuk dalam kondisi darurat gedung sekolah rusak. Penilaian ini menyusul kejadian ambruknya gedung sekolah yang berulang-ulang terjadi.

Terbaru, gedung ambruk terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Miri, Sragen, Jawa Tengah. Sebanyak 22 siswa yang sedang berteduh karena hujan dan angin kencang di bangunan tersebut menjadi korban. Sedikitnya 17 siswa masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Dua minggu sebelumnya, atap sekolah dasar negeri (SDN) Gentong di Pasuruan, Jawa Timur juga ambruk. Akibatnya satu siswa, satu guru, meninggal dunia serta belasan siswa mengalami luka-luka.

Kejadian kebakaran juga melanda SMK Yadika 6 Bekasi beberapa hari lalu. Diduga peristiwa yang menyebabkan 14 siswa patah tulang akibat lompat dari ketinggian untuk menghindari api tersebut dipicu konsleting listrik di laboratorium computer.

“Kami menilai Indonesia masuk kondisi darurat gedung sekolah rusak karena dalam waktu yang tidak berselang lama sekolah-sekolah banyak yang ambruk dan meminta korban,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Dia menjelaskan, dari informasi di lapangan aula SMKN Giri Sragen termasuk bangunan baru. Aula tersebut dibangun pada 2015.

Kondisi yang sama juga terjadi di SDN Gentong Pasuruan di mana atap yang ambruk dibangun pada 2016. Tapi pada kenyataannya, bangunan-bangunan yang dibangun dengan uang negara tersebut terkesan rapuh sehingga mudah ambruk dan memakan banyak korban.

“Kami mempertanyakan bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan gedung-gedung sekolah yang dibangun dengan uang rakyat tapi hasilnya justru membahayakan peserta belajar-mengajar,” katanya.

Huda mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalukan sensus nasional edung sekolah terkait kualitas dan keamanan bangunan. Jangan sampai ambruknya bangunan sekolah kembali terjadi.

Apalagi saat ini akan memasuki musim penghujan di mana potensi bencana akibat tanah longsor, banjir, hingga angin puting beliung kerap terjadi.

“Kami meminta ada sensus nasional gedung sekolah di tanah air. Jangan sampai kembali jatuh korban,” tukasnya.

Politisi PKB ini mengungkapkan, kondisi darurat gedung sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari fakta bahwa saat ini ada sekitar 283.000 ruang sekolah kondisi rusak.

Sebanyak 74.000 ruang kelas rusak total, 78.000 ruang kelas rusak berat, dan sisanya rusak sedang. Di sisi lain, kemampuan pemerintah dalam melakukan renovasi bangunan sekolah yang rusak tersebut hanya sampai pada batas 25.000 per tahun.

“Jadi perlu waktu sekitar 5-10 tahun lagi perbaikan ruang sekolah yang rusak berat tersebut jika proses perbaikan dilakukan secara normal,” katanya.

Kondisi ini, lanjut Huda, tidak bisa dibiarkan. Menurutnya dengan fokus pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM), pemerintah harusnya memberikan investasi besar di bidang Pendidikan.

Kondisi rusaknya ruang sekolah harus menjadi perhatian lebih dari pemerintah. “Jika perlu dalam jangka pendek ini kerahkan semua sumber daya untuk memperbaiki 152.000 ruang sekolah yang rusak berat dan rusak total itu,” tandasnya.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6856 seconds (0.1#10.140)