Dewan Pendidikan Sumsel Sebut Penghapusan UN Sudah Tepat

Kamis, 05 Desember 2019 - 12:25 WIB
Dewan Pendidikan Sumsel Sebut Penghapusan UN Sudah Tepat
Dewan Pendidikan Sumsel Sebut Penghapusan UN Sudah Tepat. Foto/SINDOnews/Dede Feb
A A A
PALEMBANG - Rencana penghapusan Ujian Nasional (UN) di Indonesia yang diwacanakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mendapat beragam respons dari daerah khususnya Sumsel.

Ketua Dewan Pendidikan Sumsel Prof Zulkifli Dahlan menilai, wacana kebijakan UN dihapuskan dalam program pendidikan Indonesia sudah tepat.

"Ya nggak apa-apa kalau memang dihapuskan. Sebenarnya tujuan UN itu bukan standar mengevaluasi kemampuan siswa, melainkan sebagai pemetaan mutu sekolah dan untuk tujuan pemda, yakni mengumpulkan data. Jadi, kepentingan standarisasi secara nasional tujuan utamanya bukanlah dengan diadakannya UN," katanya, Kamis (5/12/2019).

Zulkifli menjelaskan, sebenarnya yang memahami kemampuan pelajar hanyalah sekolah masing-masing. Kalau secara nasional ada standar yang bukan menjadi tolak ukur.

"Kita harapkan, kalau dihapus paling tidak ada pengganti bagaimana untuk menetapkan sistem yang menyatakan lulus terhadap siswa," terangnya.

Apalagi, kata dia, dengan beberapa kurikulum pada beberapa tahun belakangan ini selalu ada perubahan di setiap sekolah.

"Dalam berapa tahun terakhir kurikulum mengalami perubahan, itu juga termasuk salah satu kesulitan siswa di daerah untuk menyesuaikan standar secara nasional dengan perkembangan IPTEK yang kian pesat," tambahnya.

Bila nanti kebijakan penghapusan UN ditetapkan, sambung Zulkifli, sebaiknya alokasi anggaran dana untuk UN dialihkan untuk pembenahan sekolah pada tiap daerah.

Selain bermanfaat positif, adanya perbaikan sekolah juga bisa menjadi faktor pendorong pendidikan Indonesia meningkat.

"Kalau UN dihapuskan, anggarannya bisa dialihkan ke sekolah lainnya. Bisa untuk memperbaiki fasilitas atau membantu guru-guru honorer. Mutu pendidikan juga kemungkinan meningkat, karena lingkungan sekolah sudah membaik," jelas dia.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Riza Pahlevi mengatakan, jika pemerintah pusat sudah menerapkan kebijakan tanpa UN, maka pihaknya siap melaksanakan program tersebut.

"Apapun kebijakan dari pusat kita welcome dan siap. Kalau masih dijalankan ya kita jalankan, dan jika tidak ya tidak kita jalankan. Karena selama ini UN tidak menjadi penentu kelulusan, karena kembali ke pihak sekolah yang menentukan," katanya.

Menurut Riza, sebaiknya pada program pendidikan tetap ada ujian, namun bukan UN, melainkan hanya sampel untuk mengetahui sejauh mana mutu pendidikan di Indonesia.

"Misal, ada 35.000 siswa yang ikut UN, ambil saja 5.000 untuk sampel dan dievaluasi dalam peningkatan mutu pendidikan kedepannya," ujarnya.

Riza mengungkapkan, seandainya kebijakan UN benar-benar ditiadakan, maka banyak berdampak positif. Mulai dari penghematan anggaran dan bisa dialihkan untuk yang lain.

"Anggarannya bisa dialihkan kepada peningkatan kualitas guru atau fasilitas pendidikan. Sehingga karakter siswa dapat lebih baik lagi, karena penilaian bukan ditentukan UN melainkan karakter siswa yang dibentuk oleh guru," ungkap dia.

Pada tahun 2020 nanti, tambah Riza, akan ada 103.000 siswa SMA/SMK/MA se-Sumsel bakal mengikuti ujian nasional.

"Ini datanya kita update terus dan persiapan terus kita lakukan. Sejauh ini rencana UN akan digelar sekitar bulan Maret atau April nanti," jelasnya.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6796 seconds (0.1#10.140)