Respons Pemerintah Setelah 'Indonesia Terserah' Ramai

Senin, 18 Mei 2020 - 22:01 WIB
loading...
Respons Pemerintah Setelah Indonesia Terserah Ramai
Foto/OkeZone
A A A
JAKARTA - Kekecewaan sejumlah pihak, terutama para tenaga medis, dalam melihat upaya pemerintah menangani wabah Corona telah meramaikan media sosial dengan tagar Indonesia Terserah. Kini berseliweran di grup WhatsApp lagu rap yang berjudul "Terserah".

Pemerintah tentu saja perlu meluruskan itu semua. “Untuk video Indonesia terserah. Kami jelaskan bahwa kita sangat tidak berharap kalangan dokter menjadi kecewa,” ujar Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo seusai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (18/5/2020).

Dia menegaskan bahwa pemerintah selalu mengingatkan bahwa tenaga medis adalah ujung tombak dalam penanganan COVID-19 . Dimana jika rumah sakit penuh maka yang akan kerepotan adalah tenaga medis.

“Dari awal ini menjadi bahasan yang kami kemukakan. Jangan dibiarkan dokter kita kelelahan. Jangan dibiarkan dokter kehabisan waktu dan tenaga. Mereka telah habiskan waktu, tenaga dan pertaruhkan nyawa untuk keselamatan bangsa. Oleh karena itu wajib kita lindungi,” jelasnya.

Doni meyebut bahwa jumlah dokter di Indonesia termasuk yang paling sedikit. Total dokter kurang dari 200.000. Di mana dokter paru-paru berjumlah 1.976 orang. ( Baca:Jika Ada Pelanggaran, Jual Beli Surat Bebas Corona Bisa Dipidana )

“Artinya satu orang dokter paru harus layani sekitar 245.000 WNI. Sehingga apabila kita kehilangan dokter kita akan kerugian besar. Mari kita bekerja sama. Cegah dan hindari jangan sampai kita sakit. Segala ketentuan yang berhubungan dengan protokol kesehatan dan ketentuan di bawah UU 6 Tahun 2018 tentang Kedaruratan Kesehatan harus dipatuhi,” paparnya.

Pada kesempatan itu dia juga menyoroti mulai ramainya beberapa tempat publik. Padahal hingga kini pemerintah belum melakukan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ).

“Belum ada pengurangan terhadap pelonggaran tetapi masyarakat sudah banyak yang aktivitas di luar rumah. Sekali lagi marilah kita sama-sama meningkatkan kesadaran bahwa aktivitas kita yang timbulkan kerumunan akan membahayakan. Baik membahayakan diri kita atau orang-orang di sekitar kita. Kalau kita negatif, mungkin kita yang akan tertular. Tapi kalau kita yang positif tanpa gejala bisa jadi kita yang akan menulari,” tandasnya.
(ihs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2067 seconds (0.1#10.140)