Inggris Akhirnya Menyerah dengan Tekanan Trump Terkait 5G Huawei

Jum'at, 29 Mei 2020 - 10:34 WIB
loading...
Inggris Akhirnya Menyerah dengan Tekanan Trump Terkait 5G Huawei
Foto/SINDOnews
A A A
LONDON - Inggris akhirnya menyerah juga dengan tekanan Presiden Donald Trump terkait kerja sama negara itu dengan Huawei. Inggris akan menghapus perusahaan China itu dalam implementasi jaringan 5G di negara tersebut. Padahal, sebelumnya mereka ngotot untuk menyertakan Huawei lantaran harganya yang kompetitif.

"Tunduknya" Inggris terhadap administrasi Trump disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Boris Johnson. Sang Perdana Menteri meminta agar keterlibatan Huawei dalam pembangunan infrastruktur di Inggris dikurangi menjadi nol pada 2023. ( Baca:Longgarkan Pencegahan, Siap-Siap Hadapi Serangan Gelombang Kedua )

Menurut laporan Daily Telegraph, Inggris mengurangi keterlibatan perusahaan China itu sebagai upaya meningkatkan pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat. Pasalnya, Inggris sudah keluar dari komunitas masyarakat ekonomi Uni Eropa.

“Dia (Johnson) masih menginginkan hubungan dengan China, tetapi kesepakatan Huawei akan ditingkatkan secara signifikan. Para pejabat telah diinstruksikan untuk membuat rencana mengurangi keterlibatan Huawei secepat mungkin,” kata seorang sumber kepada Telegraph yang dikutip dari Reuters, Selasa (26/5/2020)

Dipangkasnya keterlibatan Huawei ini menjadi perubahan arah bagi Inggris yang pada April lalu mengumumkan akan mengizinkan Huawei membangun jaringan 5G untuk ponsel. Hal tersebut berdasarkan keputusan mereka pada awal tahun bahwa Huawei bisa berkontribusi di bagian jaringan yang dinilai tidak sensitif, dengan membatasi keterlibatannya hanya 35%.

Seperti diketahui, AS sejak lama meragukan kamanan perangkat buatan Huawei dan memperingatkan negara sekutunya agar lebih berhati-hati menggunakan produk tersebut.

Sebelumnya, The Times melaporkan Johnson telah menginstruksikan pegawai negeri sipil untuk membuat rencana mengakhiri ketergantungan Inggris pada China di sektor pasokan medis vital dan impor strategis lainnya.
(ihs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1889 seconds (0.1#10.140)