Teknisi Raytheon Ditangkap FBI, Bawa Rahasia Sistem Rudal AS ke China

Senin, 03 Februari 2020 - 14:09 WIB
Teknisi Raytheon Ditangkap FBI, Bawa Rahasia Sistem Rudal AS ke China
Seorang pria berjalan melewati pameran Raytheon selama Australian International Airshow di Melbourne 2 Maret 2011. Foto/REUTERS/Mick Tsikas/File Photo
A A A
WASHINGTON - Biro Investigasi Federal atau FBI menangkap seorang teknisi Raytheon, pekan lalu karena kedapatan membawa laptop kantor dengan informasi rahasia tentang sistem pertahanan rudal Amerika Serikat (AS) ke China.

Padahal, dia sudah diperingatkan bosnya di Raytheon untuk tidak melakukannya. Teknisi itu bernama Wei Sun, 48. Pria yang tercatat sebagai warga Tucson, Arizona, ini dikenai tuduhan melanggar undang-undang ekspor senjata.

Menurut halaman LinkedIn-nya, Sun telah bekerja di Raytheon sejak Desember 2008. Dia bekerja sebagai sebagai insinyur listrik yang membidangi desain sirkuit analog.

Menurut dokumen pengadilan, Sun bekerja dalam program-program Pertahanan Rudal Balistik (BMD) yang berorientasi militer di Raytheon, di mana ia menerima izin untuk menangani bahan rahasia yang diberi label "SECRET".

Menurut otoritas AS, pada tanggal 1 Desember 2018 Sun mengatakan kepada bos Raytheon bahwa ia berencana bepergian ke luar negeri dan bermaksud membawa laptop HP yang dikeluarkannya untuk bekerja bersamanya.

Meskipun diberi tahu bahwa laptop kerjanya berisi informasi rahasia, Sun mengabaikan nasihat perusahaannya dan meninggalkan AS pada 18 Desember 2018 dengan membawa laptop.

Ketika berada di luar negeri, pada 7 Januari 2019, Sun mengakses akun email Raytheon-nya dan mengirim email ke supervisor yang memberi tahu bahwa dia mengundurkan diri untuk belajar dan bekerja di luar negeri.

Ketika Sun kembali ke AS pada 14 Januari 2019, ia ditanyai oleh staf keamanan Raytheon pada hari berikutnya.

Selama sesi wawancara, Sun awalnya mengatakan kepada personel keamanan Raytheon bahwa ia pergi ke Singapura dan Filipina.

Namun, setelah memberikan informasi yang tidak konsisten mengenai rencana perjalanannya, Sun akhirnya mengakui bahwa dia telah melakukan perjalanan ke China, Kamboja, dan Hong Kong.

Menurut dakwaan, laptop Sun berisi setidaknya lima file yang berisi informasi rahasia dan dia tunduk pada Peraturan Lalu Lintas Internasional (ITAR), yang berarti Sun dan Raytheon seharusnya mendapat persetujuan dari pemerintah AS untuk mentransfer file ke luar negeri.

Menurut pengaduan pidana, file-file tersebut berisi informasi yang berkaitan dengan sirkuit array yang dapat diprogram di lapangan (FPGA) yang digunakan oleh Raytheon dalam program seperti AMRAAM (Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile) dan RKV (Redesigned Kill Vehicle).

Dokumen pengadilan tidak disebutkan apakah file-file tersebut telah diperoleh oleh negara asing selama perjalanan Sun.

Raytheon mengakhiri kontrak Sun pada hari wawancara, pada 15 Januari 2019. Sun ditangkap setahun kemudian, pada 24 Januari 2020, dan didakwa atas lima tuduhan melanggar ITAR, masing-masing untuk setiap file yang ia bawa ke luar negeri. Penangkapan iu pertama kali dilaporkan Quartz.

Sun adalah warga negara Amerika kelahiran China. Menurut zdnet, Senin (3/2/2020), seorang juru bicara Raytheon tidak menanggapi permintaan komentar sebelum publikasi berita ini.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9315 seconds (0.1#10.140)